Sabtu, 28 Februari 2015

Perancangan web

Perancangan web (web design) adalah istilah umum yang digunakan untuk mencakup bagaimana isi web konten ditampilkan, (biasanya berupa hypertext atau hypermedia) yang dikirimkan ke pengguna akhir melalui World Wide Web, dengan menggunakan sebuah browser web atau perangkat lunak berbasis web. Tujuan dari web design adalah untuk membuat website—sekumpulan konten online termasuk dokumen dan aplikasi yang berada pada server web / server. Sebuah website dapat berupa sekumpulan teks, gambar, suara dan konten lainnya, serta dapat bersifat interaktif ataupun statis.

Konten

Elemen-elemen seperti teks, formsimages (GIFsJPEGsPortable Network Graphics) dan video dapat diletakkan di dalam halaman menggunakan tag-tag HTML/XHTML/XML.Browser terkadang juga memerlukan Plug-ins seperti Adobe FlashQuickTimeJava, dan sebagainya untuk menampilkan beberapa media yang diletakkan di dalam halaman web menggunakan tag-tag HTML/XHTML.
Halaman web dan situs web dapat berupa halaman statis, atau dapat diprogram secara dinamis sehingga menghasilkan halaman web dengan konten atau tampilan visual yang diinginkan, tergantung pada berbagai faktor, seperti masukan dari pengguna akhir, masukan dari Webmaster, atau perubahan dalam lingkungan komputasi (seperti situs yang terkait dengan database yang telah diubah).

Perancang Web

Perancang web atau desainer web (web designer) adalah orang yang memiliki keahlian menciptakan konten presentasi (biasanya hypertext atau hypermedia) yang dikirimkan ke pengguna-akhir melalui World Wide Web, menggunakan Web browser atau perangkat lunak Web-enabled lain seperti televisi internetMicrobloggingRSS, dan sebagainya.
Dengan berkembangnya spesialisasi dalam desain komunikasi dan bidang teknologi informasi, ada kecenderungan kuat untuk menarik garis yang jelas antara web design khusus untuk halaman web dan pengembangan web secara keseluruhan dari semua layanan berbasis web.

Jumat, 27 Februari 2015

Jenis-Jenis Shot, Sudut, dan Gerakan Kamera

JENIS-JENIS SHOT
CU (Close Up)
Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala.
MCU (Medium Close Up)
Shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala.
BCU (Big Close Up)
Shot yang menampilkan bagian tubuh atau benda tertentu sehingga tampak besar. Misal : wajah manusia sebatas dagu sampai dahi.
ECU (Extrime Close Up)
Shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung, atau telinga.
MS (Medium Shot)
Shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.
TS (Total Shot)
Shot yang menampilkan keseluruhan obyek.
ES (Establish Shot)
Shot yang menampilkan keseluruhan pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi.
Two Shot
Shot yang menampilkan dua orang.
OSS (Over Shoulder Shot)
Pengambilan gambar di mana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku, dan bahu si pelaku tampak atau kelihatan dalam frame. Obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main.
 
SUDUT PENGAMBILAN KAMERA
High Angle (Bird eye view)
Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil.
Normal Angle
Posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata obyek yang diambil.
Low Angle (Frog eye view)
Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil.
Obyektive Kamera
Tehnik pengambilan di mana kamera menyajikan sesuai dengan kenyataannya.
Subyektive Kamera
Tehnik pengambilan di mana kamera berusaha melibatkan penonton dalam peristiwa. Seolah-olah lensa kamera sebagai mata si penonton atau salah satu pelaku dalam adegan.
 
GERAKAN KAMERA
Panning
Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Pan right : gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan.
Pan left : gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri.
Tilting
Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Tilt up : gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas.
Tilt down : gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah.

Tracking
Track adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi obyek.
Track in : gerak kamera mendekati obyek
Track out : gerak kamera menjauhi obyek


Rabu, 25 Februari 2015

Alur Proses Produksi MultiMedia

Alur Proses Produksi MultiMedia
1. Pre Production
Adalah proses penyiapan semua elemen yang terlibat dalam sebuah produksi (shoting)
film/video. Dari mulai pengaturan budget, pemilihan sutradara, aktor, cameramen, crew, lokasi,
peralatan, kostum/wardrobe dll.

A. Ide & Pemilihan Konsep.
Adalah merupakan realisasi dari sebuah ide pemikiran dan gagasan yang bertujuan
untuk menuangkannya kedalam media visual dan audio.

B. Story Line / Sinopsis.
Adalah ringkasan cerita/film, menjadi bentuk pemendekan dari sebuah film dengan
tetap memperhatikan unsur-unsur cerminan film tersebut. membuat Sinopsis merupakan
suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan film yang panjang dalam bentuk
yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan
dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya satu atau dua halaman,
seperlima atau sepersepuluh dari panjang film.
Langkah-langkah membuat sinopsis.
– Mencatat gagasan utama dengan menggaris bawahi gagasan – gagasan yang penting.
– Menulis ringkasan berdasarkan gagasan-gagasan.
– Gunakan kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita.
– Dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau dicari garis besarnya saja.
– Sinopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan film.

C. Script/Naskah Skenario.
Membuat rancangan audio visual treatment dan penulisan naskah secara rinci yang
mengembangkan gagasan utama pada synopsis menjadi sebuah cerita yang menarik
dan informatif. Diawali dengan penjelasan dan pengenalan tiap karakter dalam cerita
secara menyeluruh.
D. Shot List & Storyboard.
Sebuah teknik shoting management. Disini dibuat daftar pengambilan gambar pada
setiap adegan, dan divisualisasikan dalam bentuk sketsa gambar/storyboard jika
diperlukan.
2. Production
Adalah proses pelaksanaan produksi (shoting) yang mengacu pada persiapan yang dihasilkan
dari proses PreProduction.
A. Directing/Penyutradaraan.
Sutradara/Director adalah orang yang memimpin pelaksanaan shoting dan bertugas
mengatur bagaimana tim dalam pembuatan film seperti: aktor, cameramen, lighting,
artistik, editor & special effect artist harus tampil sebagaimana mestinya dalam
pembuatan sebuah film sesuai dengan script/naskah. Dan biasanya didamping oleh satu
orang atau lebih asisten sutradara.
B. Penguasaan Kamera & Teknik Shoting.
Anggle
Adalah sudut pandang pengambilan gambar yang dapat dilihat dari viewfinder pada
sebuah kamera film/video. Dimana pemilihan anggel sangat berperan penting dalam
menciptakan unsur artistik dan pemahaman cerita dalam pengadeganan sesuai dengan
script/naskah.
Lighting/Pencahayaan
Dalam sebuah proses pengambilan gambar diperlukan adanya aset pencahayaan yang
memadai. Baik itu didapat dari sumber natural (sinar matahari) pada shoting
exterior/luar ruang, ataupun melalui bantuan sinar lampu pada shoting interior/dalam
ruang.
Komposisi
Merupakan teknik pengaturan posisi gambar, ukuran & kedalaman ruang, perspektif &
mood adegan untuk menghasilkan citra sesuai dengan tuntutan script/naskah.
Log/Catatan Shoting
Diperlukan adanya log/catatan yang dibuat menjelaskan penandaan setiap gambar peradegan
yang sudah selesai diambil, dilengkapi dengan keterangan koordinat waktu
(timecode) pada kaset yang digunakan. Proses ini akan sangat membantu mempercepat
proses pengeditan gambar.
3.Post Production
Adalah proses penyelesain akhir (finishing) dari sebuah rangkaian produksi (shoting) yang
meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik, animasi & special effects, musik, sound
effects, audio dubing, & output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD.
Video Standart : PAL,D1/DV
Frame Size : 720 X 576 (pixel)
Frame Rate : 25 fps
Pixel Aspect Ratio : D1/DV,PAL (4:3/1,067)
Audio : 48 kHz 16 Bit Stereo
Pembagian tahap Post Production
1. Offline :
– Capture
– Edit
2. Online :
– Compositing
– Motion Graphic
– Visual Effects
– Color Grading
– Music & Sound FX
– Titling
– 3D


Selasa, 24 Februari 2015

Film Dokumenter, Pengertian dan Jenisnya


Film Dokumenter, Pengertian dan Jenisnya

Pengertian film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan cerita dari sebuah kisah nyata. Kata dokumenter sendiri pertama kali digunakan pada tahun 1926 di sebuah resensi film yang berjudul Moana. Sedangkan di negara Perancis istilah dokumenter dipakai untuk menyebut semua film yang bersifat non fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film mengenai pendidikan.
Film dokumenter sering kali hanya diputar di beberapa bioskop atau negara saja, hal ini terjadi biasanya karena film tersebut tidak lolos dalam  Lembaga Sensor Film. Namun kita tidak usah khawatir karena dengan adanya internet segala sesuatunya mudah sekali cari termasuk sebuah video film. Apabila sudah menemukan film dokumenter yang and inginkan, tentunya akan lebih nyaman jika kita mendownload terlebih dahulu film tersebut. Untuk yang belum mempunyai software untuk mendownload video di internet, anda bisa mencoba untuk memakai software download cepat dan gratis.

Film Dokumenter

Film dokumenter berbeda dengan jenis film lainnya seperti film thriller ataupun film komedi Indonesia karena merupakan sebuah rekaman kejadian yang diambil langsung saat kejadian sedang berlangsung dan tentunya bersifat nyata. John Grierson merupakan orang pertama kali yang menemukan istilah dokumenter di suatu pembahasan resensi film yang berjudul Moana pada tahun 1926. Beliau pun berkata bahwa sinema bukanlah sebuah seni rupa ataupun hiburan melainkan suatu bentuk publikasi yang dapat dipublikasikan dengan 100 cara yang berbeda untuk 100 penonton yang berbeda. Oleh karena itu John Grierson menyimpulkan bahwa film dokumenter adalah sebuah metode publikasi yang disajikan secara sinematik.
Dalam film dokumenter sendiri mengkombinasikan 2 aspek yang ada di kehidupan nyata setiap manusia yaitu aspek sains dan seni. Aspek sains dan seni yang ada di film dokumenter merupakan suatu penjabaran fakta yang disusun sedemikian rupa sehingga bernilai artistik dan tentunya dapat membuat penonton memahami apa yang sebenarnya terjadi di luar sana sehingga dapat memperbaiki kualitas hidupnya.
Film dokumenter pun saat ini digunakan sebagai alat kritik sosial terhadap apa yang terjadi di bangsa dan negara ini seperti korupsi, anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan secara layak, kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat, ataupun terhadap cara kerja lembaga-lembaga yang ada di negara seperti DPR, MPR,Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Mahkamah Agung RI, dll.
Namun selain mempublikasikan hal-hal yang erat sekali dengan masyarakat, film dokumenter pun banyak digunakan artis-artis dunia untuk mempublikasikan perjalanan hidup serta karya-karya yang selama ini telah dibuat, seperti Justin Bieber dengan film dokumenternya yang berjudul “Never Say Never” atau Michael Jackson lewat sebuah film yang dibuat setelah ia meninggal dan menceritakan bagaimana persiapan konser musik terakhirnya yang diberi judul “This Is It” dan rilis pada tahun 2009.

Jenis Film Dokumenter

Film dokumenter sendiri mempunyai banyak jenis dan macamnya, berikut beberapa jenis dan macam film dokumenter :
  • Biografi seseorang baik itu politikus, artis, pengusaha, Presiden atau Mantan Presiden, dll. Contohnya saja biografi Soekarno yang perjalanan hidupnya dan perjuangannya dalam membebaskan Bangsa Indonesia dari penjajahan beberapa bulan lalu telah dijadikan sebuah film dokumenter dengan judul yang sama yaitu “Soekarno”.
  • Laporan perjalanan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Traveling. Contohnya membuat film dokumenter tentang apa saja keunikan serta budaya yang ada di balik keindahan tempat wisata di Korea Selatan.

sumber : http://blogging.co.id/film-dokumenter-pengertian-dan-jenisnya

Senin, 23 Februari 2015

CARA MENGHITUNG TARIF IKLAN

Memang agak sulit untuk yang baru pertama kali mencoba kalkulasi harga iklan yang akan di publikasikan di sebuah surat kabar..
Langsung saja saya jelaskan cara mudahnya. kita ambil sample perhitungan di koran kompas klasika tipe lowongan (dengan harga terbaru tahun 2010)..



sample gambar klik disini




(1)2 kol x (2)150 mmk x (3)Rp 55.000,-


Kererangan :
2 kol berarti 2 kolom ( Apa itu Kolom ? )atau lebar kesamping yang dalam kompas klasika besarnya 69,5 mmk (Mili Meter Kolom) / 6,95 cm (centimeter)
belum tau ukurannya klik disini
50 mmk atau dalam semua surat kabar panjang kebawah
Rp. 55.000,- adalah tarif surat kabar tersebut biasanya dihitung per mmk (Milimeter kolom)

Hasilnya :

16.500.000,- (2 kol x 150 mmk x Rp 55.000,-)
3.300.000,- ( Disc 20% )
------------- -
13.200.000,-
1.320.000,- (Ppn 10 %)
363.000,- (AGF adalah Fee untuk Agency)
------------ +
14.883.000,- Total --- Total yang harus dibayar


*Ada beberapa badan yang tidak dikenakan Ppn (pajak) untuk pemasangan Iklan
*AGF (agency fee) adalah fee yang didapat agency dari pemasangan iklan tersebut,
dilihat dari berapa lamanya pembayaran.

MAJALAH ELEKTRONIK

Majalah elektronik (bahasa inggriselectronic magazine; disingkat e-Magazine) adalah versi elektronik dari majalah karena berbasis listrik. Majalah elektronik tidak lagi menggunakan bahan bahu kertas untuk menuliskan artikel-artikelnya seperti majalahpada umumnya, melainkan dalam bentuk file digital yang dapat diakses melalui media elektronik seperti KomputerLaptop,handphoneBlackBerryandroidiPhoneiPad dan teknologi lainnya.

Pendahuluan

Majalah merupakan salah satu media baca yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Seiring dengan berkembangnya teknologi yaitu dengan kemunculan internet, majalah konvensional menjadi kurang diminati oleh masyarakat. Hal tersebut membuat beberapa majalah konvensional mencoba untuk memanfaatkan laju teknologi tersebut dengan melakukan proses digitalisasi ke dalam bentuk elektronik dengan harapan dapat tetap hidup dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada.

Perkembangan Teknologi Informasi[sunting | sunting sumber]

Perkembangan majalah elektonik tentunya berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi yang menjadi device atau alat untuk mengakses majalah elektronik tersebut. Teknologi media informasi yang terus bermunculan dengan berbagai jenis merk dan tipe membuat majalah elektonik melakukan pengembangan. Contohnya pada media elektronik seperti laptop dan ponsel yang muncul dengan berbagai tipe dan masih terus berkembang membuat majalah elektonik berusaha menciptakan dan memperbaharui sistem aplikasinya agar dapat digunakan pada beragam tipe dari media elektronik tersebut.

Perkembangan Majalah Elektronik

Awalnya, majalah elektronik hanya mengambil artikel dari versi cetak yang kemudian diposting secara online. Tujuannya hanya untuk memancing konsumen agar tetap berlangganan versi cetak dari majalah tersebut. Namun, saat ini majalah elektronik sudah semakin canggih dan berkembang sehingga mampu membuat majalah yang memilikikonten serta karakteristik yang original dari masing-masing majalah tersebut.[1]
Bagi penerbit, majalah berbasis internet yang melakukan penyampaikan informasi lewat didunia maya ini tentunya harus lebih berhati-hati. Editor harus memegang kendali terhadap kontent-konten yang masuk. Hal tersebut digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada kontent yang menyinggung dan tidak menyenangkan bagi khalayak.
Majalah elektronik saat ini juga sudah mulai memanfaatkan teknologi new social media seperti TwitterFacebook, dan link terkait lainnya. Majalah-majalah tersebut biasanya membuat account dari sosial media yang terintegrasi dengan situs majalah itu sendiri. Manfaatnya adalah sebagai wadah untuk berinteraksi antara penerbit dengan pembaca, maupun pembaca dengan pembaca lainnya. Meskipun majalah elektonik itu sendiri biasanya sudah memiliki layanan chat room, kolom komentar, dan email.

Tampilan Majalah Elektronik

Majalah elektornik memiliki 2 jenis tampilan, sebagai berikut:
Edisi Replika[sunting | sunting sumber]
Edisi replika adalah artikel yang diduplikasi secara utuh sehingga menampilkan replika majalah versi cetak dalam sebuah majalah elektronik. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesan membaca seolah menggunakan media kertas. Edisi ini biasanya ditampilkan dalam format PDF.
Edisi Online
Edisi online, telah mengatur artikel-artikelnya dalam menu pengkategorian yang dapat memudahkan pembacanya. Pembaca dapat langsung memilih informasi yang benar-benar ingin dilihatnya pada saat itu tanpa perlu mencari terlebih dahulu.

Software Pendukung Majalah Elektronik

Berikut adalah software yang diperlukan untuk membuka file dari majalah elektronik :[2]

Tahap Pembuatan Majalah Elektronik

Berikut tahapan-tahapan dalam pembuatan majalah elektonik dengan menggunakan salah satu software yaitu FlippingBook :[3]
  • Tahap ke 1 : Install aplikasi FlippingBook PDF Publisher. Dari sini Anda tinggal menggunakan aplikasi tersebut, namun tentu saja sebelumnya Anda harus sudah memiliki file PDF yang akan dijadikan e-Magazine sebagai output dari pekerjaan Anda ini
  • Tahap ke 2 : Pastikan anda telah memiliki file PDF yang akan dijadikan majalah elektronik (e-Magazine). Jika belum, buatlah artikel dengan menggunakan aplikasi pengolah kata, seperti Microsoft Word 2010 yang disimpan dalam format PDF
Berikut cara menyimpan file Microsoft Word dalam format PDF: Klik menu file, lalu klik save & send, kemudian klik Create PDF/XPS Document, dan Create/PDF/XPS, selanjutnya anda tinggal menentukan nama filenya
  • Tahap ke 3 : Jalankan FlippingBook PDF Publisher, setelah aplikasi tersebut tampil. Masukkan file PDF yang telah dibuat ke dalam FlippingBook PDF Publisher, sebagai berikut :
1. Tampilkan menu Import, kemudian klik Import PDF. Setelah itu segera tampil jendela Import PDF file
2. Klik file yang akan digunakan, lalu klik tombol Open. Dihadapan Anda akan tampil jendela proses selanjutnya
3. Pada pilihan All pada menu Import Range, sedangkan pada pilihan Conversion anda dapat menentukannya sendiri sesuai keinginan, misalnya SWFPNG atau JPEG. Anda juga bisa menentukan ukuran dari e-Magazine yang akan dibuat
4. Untuk melanjutkan dan memulai proses import dokumen PDF, klik menu Start dan biarkan komputer bekerja hingga muncul tampilan yang menyatakan proses selesai
  • Tahap ke 4 : Setelah proses selesai, simpan file tersebut. Sebenarnya cara penyimpanan sama saja seperti menyimpan file pada umumnya, namun ekstensi yang digunakan untuk file tersebut adalah FBP
Berikut cara menyimpan file FBP tersebut: Klik file dan pilih Save Untitled As atau cukup klik tombol save saja, Setelah itu akan tampil jendela Save As. Ketik nama file yang diinginkan, lalu klik tombol Save
  • Tahap Ke 5 : File yang telah disimpan selanjutnya dapat dipublikasikan. FlippingBok PDF Publisher dapat mempublikasikan file dalam format HTML atau EXE. Berikut caranya :
1. Tampilkan menu Publish. Dalam menu Publish terdapat 2 (dua) pilihan menu, yaitu To HTML dan To EXE. Apabila majalah elektronik (e-Magazine) akan disimpan diperpustakaan elektronik, sebaiknya disimpan dalam format EXE, sedangkan apabila akan disimpan di internet sebaiknya simpanlah dalam format HTML
2. Abaikan semua ketentuan yang berhubungan dengan Advanced Settings lanjutkan saja dengan menekan tombol Publish Projectdan biarkan program tersebut bekerja
3. Setelah selesai anda dapat melihat hasilnya dengan menekan tombol View result.

Contoh Majalah Elektronik di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Majalah di Indonesia sendiri mulai merambah ke era digitalisasi. Beberapa majalah elektronik yang terdapat di Indonesia, sebagai berikut :

Dampak Majalah Elektronik

Dampak Positif Majalah Elektronik

  1. Dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan media elektronik yang juga mudah dibawa kemana saja. Seperti handphoneblackberry, android, iPhone, iPad, dan sebagainya
  2. Tampilan majalah akan lebih menarik dengan adanya pop up dari teks, gambar maupun iklan yang bergerak
  3. Majalah versi digital dapat lebih dulu dinikmati sebelum versi cetaknya terbit
  4. Pembaca dapat dengan mudah mengirimkan artikel kepada rekannya, memesan produk iklan yang terdapat diwebsite, dan mencari topik-topik hangat yang pernah ada diartikel edisi sebelumnya
  5. Penerbit dapat mengurangi biaya produksi dan distribusi majalah.
  6. Tidak membutuhkan ruangan atau tempat yang luas untuk penyimpanannya, karena berkas menggunakan format file digital
  7. Membantu mengurangi dampak pemanasan global dengan penggunaan kertas yang semakin mahal dan persediaan yang semakin menipis.[4]

Dampak Negatif Majalah Elektronik

  1. Media elektronik yang digunakan untuk mengakses majalah elektronik cukup mahal
  2. Hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan yang mengerti akan teknologi saja yang berdampak pada terbatasnya sasaran pasar
  3. Teknologi yang berbasis listrik suatu saat akan mengalami masa kedaluarsa, dimana teknologi tersebut tidak akan dapat dipergunakan lagi
  4. Membuat indera penglihatan (mata) lebih cepat lelah karena teknologi elektronik memancarkan radiasi. Pada jangka panjang, radiasi tersebut juga akan berdampak bagi kesehatan manusia. [5]

Majalah Elektronik Terhadap Teori Konstruksi Sosial Teknologi

Menurut teori konstruksi sosial teknologi atau Social Construction of Technology Theory yang dikemukakan oleh Trevor J. Pinch and Wiebe E. Bijker (1987)[6], mengatakan bahwa teknologi tidak menentukan tindakan manusia tetapi sebaliknya, manusialah yang membentuk nilai dari sebuah teknologi berdasarkan pemikiran (konstruksi) mereka. Apabila dikaitkan dengan teori tersebut, majalah elektronik adalah hasil dari pemikiran (konstuksi) masyarakat terhadap perkembangan media informasi. Makin tinggi kebutuhan masyarakat akan informasi membuat manusia terus menerus menciptakan teknologi yang semakin praktis dan canggih. Dimana teknologi tersebut dapat mengatasi jarak, ruang, dan waktu serta makin mendekati kesempuraan seperti berkomunikasi secara tatap muka (face-to-face).

Sabtu, 21 Februari 2015

Jenis-Jenis (Genre) Film Dokumenter

Jenis-Jenis (Genre) Film Dokumenter

Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi  dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu.  Dalam kenyataannya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktor-faktor budaya.
Namun, mengapa penonton film bisa menikmati konvensi yang sama berulang-ulang? Jawabnya menurut banyak cendekiawan film adalah bahwa genre merupakan drama ritual kehidupan manusia yang menyerupai perayaan hari  besar atau upacara yang dapat memuaskan hasrat mereka karena unsur-unsurnya dapat menegaskan kembali nilai-nilai budaya dengan sedikit variasi.
Dalam film, terutama film cerita banyak sekali genre yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horor, science fiction (sci-fi), komedi, action, perang, detektif dan sebagainya. Namun dalam perjalanannya,  genre-genre film tersebut sering dicampur satu sama lain (mix genre) seperti horor-komedi, western-komedi, horror-science fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan sub-genre, contohnya dalam genre komedi dikenal sub-genre seperti screwball comedy, situation comedy (sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan sebagainya.
Demikian pula dalam film dokumenter, mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre menjadi dua belas jenis. Akan tetapi menurut penulis beberapa jenis film dokumenter yang ada di dalam buku tersebut sebenarnya bisa dikelompokkan lagi.
1. LAPORAN PERJALANAN
Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang remeh-temeh, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat.  Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film.
Film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty oleh banyak pengamat dianggap sebagai film perjalanan yang awal. Dibuat selama satu tahun penuh oleh Flaherty dibuat walaupun sebenarnya film ini hanya menceritakan aktivitas Nanook dan keluarganya (perdagangan, berburu, memancing dan migrasi dari suatu kelompok hampir tidak tersentuh oleh industri teknologi).
John Grierson pernah membuat sebuah film berjudul Song of Ceylon yang merupakan laporan perjalanannya di negeri yang sekarang bernama Sri Lanka.  Disutradari oleh Basil Wright, film ini terbagi menjadi empat sequence, pertama tentang Buddha dan penganutnya, di mana diperlihatkan kehidupan keagamaan serta perjalanan ummat ke keindahan pulau dan aktivitas penghuningnya, menceritakan tentang wilayah yang sekarang dikenal dengan Sri Lanka. Bagian pertama menggambarkan kehidupan keagamaan Sinhala, yang dipadu dengan ritual Buddha serta keindahan alam di sana. Dibuka dengan serangkaian alat logam di atas daun kelapa, kita kemudian secara bertahap diajak melihat perjalanan orang-orang ke Bukit Adam – pusat ziarah umat Buddha selama lebih dari dua ratus tahun – yang kemudian diintercut dengan gambar-gambar alam sekitarnya serta serangkaian patung Buddha. Bagian dua memfokuskan pada kehidupan kerja Sinhala,  dalam sequence ini Basil Wright menekankan hubungan intim mereka dengan lingkungan sekitarnya dengan memperlihatkan penduduk yang membuat tembikar, ukiran kayu dan sedang membangun rumah, sementara anak-anak bermain. Bagian ketiga dari film ini memperkenalkan kedatangan sistem komunikasi modern ke dalam gaya hidup ‘alami’ dan di bagian terakhir dari film ini, kita kembali ke kehidupan keagamaan Sinhala  di mana orang berpakaian mewah untuk melakukan tarian ritual.
Sekarang ini banyak televisi yang membuat program dengan pendekatan dokumenter perjalanan, misalnya Jelajah (Trans TV), Jejak Petualang (TV7/Trans7), Bag Packer (TVOne) dan sebagainya, bahkan di beberapa televisi berbayar membuat saluran televisi khusus laporan perjalanan seperti Travel and Living.  Dikarenakan penayangannya di televisi, maka kedalaman permasalahannya sangat disesuaikan dengan kebutuhan televisi.
2. SEJARAH
Dalam film fiksi, tema sejarah pernah menjadi sebuah pencapaian estetika yang tinggi ketika Sergei Eisenstein dan Alexandre Dovzhenko membuat film–film yang banyak mengangkat latar belakang cerita dari tirani kekuasaan Tsar Nicholas II serta perebutan kekuasaan dari status quo oleh kaum komunis.  Pada tahun 1976, Alan J. Pakula juga pernah mengangkat penyelidikan (investigasi) skandal Watergate di Amerika Serikat oleh dua orang wartawan Washington Post, Carl Bernstein dan Bob Woodward.
Dalam film dokumenter, genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning-nya (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwanya) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya.  Tidak diketahui sejak kapan dokumenter sejarah ini digunakan, namun pada tahun 1930-an Rezim Adolf Hitler telah menyisipkan unsur sejarah ke dalam film-filmnya yang memang lebih banyak bertipe dokumenter.  Khususnya film-film yang disutradarai oleh Leni Refensthal seperti Triumph of the Will (1934), Olympia I : Festival of Nations (1937) & Olympia II : Festival of Beauty (1938).  Pada awal film Olympia I divisualisasikan tentang bangsa Aria di masa lalu sedang melakukan oleh raga seperti lari, lempar lembing, lempar cakram dan sebagainya.  Sedangkan tahun 1955, Alain Resnais membuat film Night and Fog yang mencengangkan dunia pada masa itu sebab ia menggambarkan bagaimana terjadinya genosida kaum Yahudi oleh tentara Nazi dalam sebuah kamp konsentrasi.
Pada masa sekarang, film sejarah sudah banyak diproduksi karena terutama karena kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dari masa lalu. Tingkat pekerjaan masyarakat yang tinggi sangat membatasi mereka untuk mendalami pengetahuan tentang sejarah, hal inilah yang ditangkap oleh televisi untuk memproduksi film-film sejarah. Sekarang ini di Metro TV sering ditayangkan Metro Files, program dokumenter yang mengupas sejarah yang tidak terungkap di Indonesia. Dalam beberapa tayangannya sempat membahas tentang budaya Tionghoa di Jakarta (Batavia) dalam judul Merah Hitam di Batavia, pengupasan kepahlawanan Dr. Johannes Leimena, seorang negarawan yang gigih dan memberi kontribusi terhadap berdirinya puskesmas dalam judul Mutiara dari Timur, serta tentang tokoh pergerakan bangsa yang berjuang melalui pendidikan dalam Lentera Bangsa.
3. POTRET / BIOGRAFI
Sesuai dengan namanya, jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik. Ada beberapa istilah yang merujuk kepada hal yang sama untuk menggolongkannya. Pertama, potret yaitu film dokumenter yang mengupas aspek human interest dari seseorang. Plot yang diambil biasanya adalah hanya peristiwa–peristiwa  yang dianggap penting dan krusial dari orang tersebut. Isinya bisa berupa sanjungan, simpati, krtitik pedas atau bahkan pemikiran sang tokoh. Misalnya saja film Fog of War (2003) karya Errol Morris yang menggambarkan pemikiran strategi hidup dari Robert S. McNamara, mantan Menteri Pertahanan di masa pemerintahan Presiden John. F Kennedy dan Presiden Lyndon Johnson. Selain itu ada beberapa film yang berwujud potret seperti Salvador Dali: A Soft Self-Portrait (1970) karya Jean-Christophe Averty, Maria Callas: La Divina – A Portrait (1987) karya Tony Palmer, Zidane : A 21st Century Portrait (2006) yang disutradarai Douglas Gordon serta Phillipe Parreno dan lain sebagainya.
Kedua, biografi yang cenderung mengupas secara kronologis dari yang secara garis penceritaan bisa dari awal tokoh dilahirkan hingga saat tertentu (masa sekarang, saat meninggal atau saat kesuksesan sang tokoh) yang diinginkan oleh pembuat filmnya.  Film The Day After Trinity (1981) karya Jon Else adalah salah satunya. Film ini berkisah tentang seputar bom atom yang diciptakan oleh Robert Oppenheimer dan penyesalannya terhadap penyalahgunaan teknologi itu untuk membombardir Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Metro TV dalam Metro Files-nya pernah mengulas tentang perjuangan Laksamana Muda John Lie yang memperjuangkan Indonesia dari laut di mana pada saat itu banyak orang masih bergunjing tentang pribumi dan keturunan.
Ketiga, profil. Sub-genre ini walaupun banyak persamaannya namun memiliki perbedaan dengan dua di atas terutama karena adanya unsur pariwara (iklan/promosi) dari tokoh tersebut.  Pembagian sequence-nya hampir tidak pernah membahas secara kronologis dan walaupun misalnya diceritakan tentang kelahiran dan tempat ia berkiprah, biasanya tidak pernah mendalam atau terkadang hanya untuk awalan saja.  Profil umumnya lebih banyak membahas aspek–aspek ‘positif ’ tokoh seperti keberhasilan ataupun kebaikan yang dilakukan. Film–film seperti ini dibuat oleh banyak orang di Indonesia terutama saat kampanye pemilu legeslatif ataupun pemilukada (pemilihan umum kepala daerah).
Akan tetapi sub-genre profil ini tidak berhenti pada orang / masuia namun bisa juga sebuah badan (institusi) seperti perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, organisasi politik dan sebagainya yang lebih dikenal dengan sitilah profil niaga atau company profile. Film profil tentang perusahaan awal sekali dibuat tahun 1906 oleh perusahaan film Cricks and Martin Films dengan filmnya A Visit to Peek Frean and Company’s Biscuit Factory,  film ini memaparkan proses pembuatan, pengemasan hingga  pendistribusian biskuit di sebuah pabrik.  Namun film profil perusahaan yang awal sekali dibuat adalah pesanan perusahaan Imperial Airways  yang disutradarai oleh Paul Rotha dengan judul Contact (1933).  Pada masa sekarang,  profil perusahaan lebih sering dibuat terutama untuk mengiklankan perusahaan itu sendiri.
Film Dokumenter mempromosikan Imperial Airways yang difokuskan pada tahapan perjalanan udara. Kebanyakan adegannya menampilkan gambar–gambar udara yang diambil dari pesawat terbang.
Paul Rotha sebenarnya adalah kritikus film dan sebelum film pertamanya Contact pada tahun 1929 tulisannya yang berjudul The Film Till Now sangat berpengaruh pada masa itu. sebelum ia membuat film pertamanya Kontak di 1933. Bahkan ia sempat bergabung dengan gerakan film dokumenter yang dipimpin John Grierson. Film Contact dibuat terlepas dari grakan tersebut sebab diproduksi oleh British Instructional Films dan dibiayai oleh Imperial Airways.
Film ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menunjukkan para pekerja dalam yang sedang bekerja pada konstruksi pesawat terbang sampai pesawat–pesawat itu siap diterbangkan.  Bagian dua menunjukkan pesawat yang melakukan perjalanan ke seluruh dunia. Adegan awal dibuka dengan adegan yang diolah secara eksperimental yaitu menggunakan  montage cepat dari berbagai alat transportasi.  Montage ini berfungsi sebagai transisi untuk masuk pada transportasi pesawat yang dipandang sebagai keajaiban baru dalam teknologi transportasi.  Setelah itu masuk ke adegan perakitan pesawat di mana Rotha melakukan percobaan dengan menggunakan teknik blur dan fokus lensa secara bergantian antara mesin dan mesin.   Teknik ini merupakan proses konstruksi dan menyoroti hubungan intim antara manusia dan mesin. Bahkan gambar–gambar berikut  memperlihatkan bandara sedang dibangun serta orang-orang naik pesawat.
Diperlihatkan sebuah penerbangan rute trans-Atlantik ini dan pace dari editingnya lebih lambat dari adegan sebelumnya. Di tengah perjalanan, penonton diperlihatkan sejumlah gambar yang diambil dari pesawat ketika rutenya memasuki wilayah Afrika Utara dan Eropa Selatan seperti Nairobi, Athena dan Kairo. Penonton disuguhi adalah landmark yang dikenal di dunia dan gambar–gambar  tersebut diambil dari jendela kecil yang bisa digeser yang berada di dalam kokpit pesawat. Seperti di banyak film dokumenter, keterpaduan alam dan teknologi disajikan dalam adegan–adegan  ini dan kemajuan teknologi dipandang sebagai proses kelahiran visual yang baru dan menarik.
Pada bagian kedua dari film ini mengajak penonton kembali lagi ke adegan awal film tersebut yaitu perjalanan kereta api, namun pada bagian kedua ini lebih digunakan untuk menghasilkan gambar yang indah.  Gambar–gambar tersebut seolah seperti memanfaatkan film sebagai sarana perjalanan virtual.  Contact, juga, menggabungkan unsur–unsur sinema dan transportasi udara untuk menciptakan kemungkinan–kemungkinan  visual yang baru.  Film tersebut akhirnya tidak hanya mempromosikan perjalanan udara, tetapi juga menjadi simulasi perjalanan udara bagi warga yang tidak memiliki uang untuk bisa naik pesawat udara.
4. NOSTALGIA.
Film–film jenis ini sebenarnya dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau napak tilas dari kejadian–kejadian dari seseorang atau satu kelompok.  Pada tahun 2003,  Rithy Panh membuat S21: The Khmer Rouge Death Machine di mana ia mendatangkan beberapa orang yang merupakan dua pihak dari kekejaman Khmer Merah, baik dari pihak korban maupun para penyiksa di masa lalu.
Diceritakan Vann Nath dan Chum Mey, dua korban yang selamat dari Penjara Khmer Merah, Tuol Sleng. Mereka bertemu kembali dan kembali ke bekas penjara yang sekarang menjadi museum di Phnom Penh. Bahkan mereka bertemu mantan penculik mereka, baik bekas penjaga, bekas interogator, seorang dokter dan seorang fotografer. Banyak di antara mereka yang  masih berusia remaja selama era Khmer Merah berkuasa (1975-1979). Penampilan mereka sangat kontras dengan dua mantan tahanan yang keduanya pria tua, bhkan rambut VannNath sudah banyak yang putih
Para mantan penjaga dan interogator memberikan tur museum, mereka menjelaskan kembali perlakuan mereka terhadap para tahanan. Mereka memperlihatkan kembali dokumentasi yang sangat rinci tentang penjara tersebut, baik dalam bentuk catatan–catatan  bahkan foto. Hal ini untuk menyegarkan kembali ingatan mereka tentang peristiwa pada masa itu. Pada satu titik, Vann Nath langsung dihadapkan dengan mantan penculiknya. Para mantan interogrator itu juga merasa bahwa diri mereka adalah korban, sebab pilihan menjadi tentara saat usia mereka sangat muda  merupakan paksaan dari pemerintah.
5. REKONSTRUKSI
Dokumenter jenis ini mencoba memberi gambaran ulang terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Biasanya ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga harus dibantu  rekonstruksi peristiwanya. Perisitiwa yang memungkinkan direkonstruksi dalam film-film jenis ini adalah peristiwa kriminal (pembunuhan atau perampokan), bencana (jatuhnya pesawat dan tabrakan kendaraan), dan lain sebagainya. Contoh film jenis ini adalah Jejak Kasus, Derap Hukum dan Fokus.
Rekonstruksi yang dilakukan tidak membutuhkan mise en scene (pemain, lokasi, kostum, make-up dan lighting) yang persis dengan kejadiannya, sehingga sangat berbeda doku-drama yang memang membutuhkan keotentikan yang tinggi.  Yang hendak dicapai dari rekonstruksi di sini adalah sekedar proses terjadinya peristiwanya itu. Dalam membuat rekonstruksi, bisa dilakukan dengan shoot live action atau bisa juga dibantu dengan animasi.
National Geographic Channel dalam seri televisinya pernah membuat Locked-Up Abroad yang umumnya bercerita penangkapan yang berlatar belakang narkoba, terorisme hingga permasalah lain. Permasalahannya penangkapan tersebut dilakukan di luar negara tokoh dalam film tersebut sehingga membuat persoalannya menjadi semakin rumit. Dalam tayangan tersebut, konstruksi biasanya digunakan untuk menggambarkan kejadian–kejadian yang dialami tokoh yang bercerita dalam tayangan tersebut.
6. INVESTIGASI
Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Biasanya aspek visualnya yang tetap ditonjolkan. Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, baik diketahui oleh publik ataupun tidak.  Umpamanya korupsi dalam penanganan bencana, jaringan kartel atau mafia di sebuah negara, tabir dibalik sebuah peristiwa pembunuhan, ketenaran instan sebuah band dan sebagainya. Peristiwa seperti itu ada yang sudah terpublikasikan dan ada pula yan belum, namun persisnya seperti apa bisa jadi tidak banyak orang yang mengetahui.
Terkadang, dokumenter seperti ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas proses terjadinya peristiwa. Bahkan di beberapa film aspek rekonstruksinya digunakan untuk menggambarkan dugaan-dugaan para subjek di dalamnya. Misalnya yang dilakukan oleh Errol Morris dalam filmnya The Thin Blue Line, rekonstruksi digunakan untuk memperlihatkan seluruh kemungkinan dan detil peristiwa yang terjadi saat itu, misalnya merk mobil, bentuk lampu, jarak pandang dan sebagainya.
7. PERBANDINGAN &  KONTRADIKSI
Dokumenter ini mentengahkan sebuah perbandingan, bisa dari seseorang atau sesuatu seperti film Hoop Dreams (1994) yang dibuat oleh Steve James. Selama empat tahun, ia mengikuti perjalanan dua remaja Chicago keturunan Afro-America, William Gates dan Arthur Agee untuk menjadi atlit basket profesional.
Michael Moore dalam Sicko (2007) membandingkan kebijakan dan pelayanan kesehatan di Amerika Kesehatan dengan tiga negara maju lainnya, yaitu Kanada, Inggris dan Perancis serta satu negara berkembang yang justru tetangga Amerika Serikat sendiri yaitu Kuba. Hasilnya ternyata Amerika Serikat sangat jauh tertinggal dalam pelayanan kesehatan bahkan antara orang yang punya asuransi dan yang tidak memiliki asuransi hampir tidak ada bedanya sebab pada akhirnya uang asuransi mereka juga sulit keluar sehingga mereka harus membayar sendiri biaya dokter atau rumah sakitnya. Negara pembandingnya sangat-sangat menyejahterakan penduduknya, bahkan di Kuba, orang yang sakit hanya ditanya nama dan usia – sama sekali tidak ditanya warga negara atau bukan – saat mendaftar ke klinik atau rumah sakit yang kemudian setelah itu pada pasien tersebut ditunjuk seorang dokter dan seorang perawat yang akan mengurusnya. Sedangkan di Amerika Serikat sendiri seorang pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau klinik harus menunggu hingga belasan jam bahkan sampai berhari–hari.
8. ILMU PENGETAHUAN
Film dokumenter genre ini sesungguhnya yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia, misalnya saja pada masa Orde Baru, TVRI sering memutar program berjudul Dari Desa Ke Desa ataupun film luar yang banyak dikenal dengan nama Flora dan Fauna.  Tapi sebenarnya film ilmu pengetahuan sangat banyak variasinya lihat saja akhir tahun 1980-an ketika RCTI (pada masa itu masih menjadi televisi berbayar) memutar program Beyond 2000, yaitu film ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan teknologi masa depan. Saat itu beberapa kalangan cukup terkejut sebab pengetahuan yang mereka dapatkan berbeda dari dokumenter yang mereka lihat di TVRI.  Jenis ini bisa terbgai menjadi sub-genre yang sangat banyak :
A. Film Dokumenter Sains
Film ini biasanya ditujukan untuk publik umum yang menjelaskan tentang suatu ilmu pengetahuan tertentu misalnya dunia binatang, dunia teknologi, dunia kebudayaan, dunia tata kota, dunia lingkungan, dunia kuliner dan sebagainya. Pada beberapa televisi berbayar bahkan beberapa dari yang sudah tersebut di atas telah dibuatkan saluran khusus seperti National Geographic Wild atau Animal Planet yang tentu saja membahas tentang dunia binatang;  Asian Food Channel yang banyak mengetengahkan film instruksional dan dokumenter tentang makanan serta dunia di sekitarnya; Home and Health yang membahas masalah kesehatan dalam kehidupan kita; bahkan ada saluran khusus yang membahas tentang dunia mobil, kapal dan pesawat yaitu Discovery Turbo.
B. Film Instruksional
Film ini dirancang khusus untuk mengajari pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam hal mereka ingin lakukan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya. Bahkan ada beberapa film instruksional yang bertujuan lebih serius,  seperti bagaimana menjaga pola untuk hidup lebih lama dan lebih kuat dari HIV / AIDS atau seperti yang banyak berkembang saat ini video motivasi tentang meningkatkan kualitas hidup.
9. BUKU HARIAN (DIARY)
Seperti halnya sebuah buku harian, maka film ber–genre ini juga mengacu pada catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang lain. Tentu saja sudut pandang dari tema–temanya menjadi sangat subjektif sebab sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan perlakuan kawan–kawannya terhadap dirinya. Dari segi pendekatan film jenis memiliki beberapa ciri, yang pada akhirnya banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya cenderung linear serta kronologis, narasi menjadi unsur suara lebih  banyak digunakan serta seringkali mencantumkan ruang dan waktu kejadian yang cukup detil, misalnya Rumah Dadang, Jakarta. Tanggal 7 Agustus 2011, Pukul 13.19 WIB.  Pada beberapa film, jenis  diary ini oleh pembuatnya digabungkan dengan jenis lain seperti laporan perjalanan (travel-doc) ataupun nostalgia.
Salah satu film yang dianggap film berjenis buku harian adalah A Diary for Timothy (1945) adalah  film dokumenter Inggris yang disutradarai oleh Humphrey Jennings. Diproduseri Basil Wright untuk Crown Film Unit. Narasinya dibuat oleh pengarang roman Inggris, E. M. Forster, sedangkan Michael Redgrave didaulat sebagai naratornya. Ceritanya tentang perkembangan seorang bayi pada enam bulan pertama selama Perang Dunia II. Diperlihatkan juga proses penyembuhan seorang pilot yang patah kakinya serta seorang penambang yang sedang patah tangannya. Dalam film dokumenter yang dibuat tentang Jennings untuk Televisi Channel 4 yang disutradarai oleh Kevin MacDonald pada tahun 2000, diketahui bahwa bayi yang menjadi subjek film (Timothy James Jenkins) pindah ke Brighton sekitar 1960–an  dan berpenampilan  modis sebelum akhirnya menjadi guru dan meninggal dunia pada November 2000.
Film lainnya adalah Ito – A Diary of an Urban Priest yang dibuat dengan latar Kota Tokyo dan menceritakan tentang Yoshinobu Fujioka, biksu muda yang memiliki gairah tinggi dalam mencari makna kehidupan ditengah–tengah  mimpi  yang ‘menindas’,  di dalam lorong–lorong  kota serta dalam kegelapan pikiran manusia. Yoshinobu sempat mendengarkan pengakuan para perempuan yang di penjara,  di bar–bar dan bahkan di sebuah rumah geisha yang sudah tua. Hal tersebut dilakukannya ketika banyak banyak lapisan manusia yang hidup di malam hari di belantara Kota Tokyo serta ingatan–ingatan yang tak terduga yang berubah  menjadi jejaring kehidupan yang memaksa orang–orang  saling bertatap muka satu dengan lainnya. Mimpi, realitas and khayalan bercampur menjadi satu dalam pelajaran kompleksitas pikiran manusia yan membawa penontonnya ke dalam eksplorasi ingatan saat berhadapan dengan diri mereka sendiri  dan orang lain.
10. MUSIK
Genre musik memang tidak setua genre yang lain, namun pada masa 1980 hingga sekarang, dokumenter jenis ini sangat banyak diproduksi.  Memang salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker membuat film – film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan pertunjukkan musik. Misalnya ketika membuat Don’t Look Back yang menggambarkan seorang seniman muda berusia 23 tahun bernama  Bob Dylan. Sekarang ini ia lebih dikenal sebagai penyanyi lagu–lagu  balada.  Pada musim semi 1965 , Bob Dylan menghabiskan tiga minggu di Inggris. Dengan kameranya, Don Pennebaker mengikuti seniman tersebut  dari bandara ke tempat ia menyanyi, dari HOTELhttp://cdncache-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png ke balai rakyat, dari sebuah obrolan ke salah satu konsernya. Ini adalah masa di mana Dylan beralih dari peralatan musik akustik ke peralatan musik elektrik, sebuah transisi yang tidak semua  penggemarnya suka, bahkan termasuk pacarnya Joan Baez yang juga seorang penyanyi.
Setahun kemudian, pada tahun 1968, Donn Pannebaker membuat Monterey Pop yang merupakan perekaman pertunjukkan Legendary California Music Festival yang sering dianggap sebagai pra-Woodstock yang kemudian mengorbitkan beberapa pemusik, misalnya  Jimi Hendrix dan Janis Joplin, yang membuat salah satu penyanyi Amerika yang terkenal yaitu Mama Cass dari grup The Mamas & Papas sangat terpesona melihat penampilannya.
Setelah itu beberapa sutradara melakukan hal yang sama seperti Michael Wadleigh yang mengabadikan pagelaran musik Woodstock dengan membuat dokumenternya dengan judul yang sama pada tahun 1970.  Hampir bersamaan waktunya konser musik Rolling Stones juga dibuatkan dokumenternya yang berjudul Gimme SHELTERhttp://cdncache-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png yang disutradarai oleh Albert Maysles, David Maysles dan Charlotte Zwerin. Peristiwanya berlangsung pada bulan Desember 1969, empat bulan setelah Woodstock di mana Rolling Stones dan Jefferson Airplane menggelar konser gratis di California Utara (di sebelah timur Oakland, tepatnya di  Altamont Speedway) yang dihadiri oleh sekitar 300,000 orang. Pihak penyelenggaranya menyewa genk motor yang terkenal di Amerika bernama Hell’s Angels yang didapuk sebagai keamanan. Masalahnya para anggota genk tersebut membawa senjata api dan senjata tajam sehingga  selama konser berlangsung anggota Hell’s Angels menghabiskan waktunya untuk memukuli para penonton hingga akhirnya satu orang dinyatakan tewas. Film ini menggunakan teknik paralel editing yang disambung berselang-seling antara konser, kekerasan yang terjadi, Grace Slick dan Mick Jagger yang sedang berusaha menenangkan keadaan, close-up para penonton remaja (mereka berjoget, memakai narkoba atau sedang trauma pada perlakuan Hell’s Angel) serta pihak Rolling Stones yang sedang menonton footage konser dan merasa prihatin.
Sejak itu banyak sekali film dokumenter bergenre musik dibuat, namun tidak semuanya merupakan dokumentasi konser musik ataupun perjalanan tur keliling untuk mempromosikan sebuah album.  Banyak sutradara yang membuatnya lebih dekat dengan genre lain seperti biografi, sejarah, diary dan sebagainya.  Penelope Spheeris membuat dwilogi dokumenter musik yaitu The Decline of Western Civilization : Punk Years (1981) yang membahas terbentuk subkultur dalam musik rock yang dikenal dengan Musik Punk. Banyak band yang terlibat dalam film ini seperti Black Flag, Germs, X, The Bags, Circle Jerks, Catholic Discipline, Fear dan sebagainya. Sedangkan pada tahun 1988, Spheeris meneruskan filmnya dengan membuat yang kedua The Decline of Western Civilization II : Metal Years yang cara penceritaannya hampir sama, hanya saja aliran musik yang diangkat dan tentu saja pemusik serta bandnya juga berbeda. Dalam film kedua ini ia memasukkan band ataupun penyanyi seperti Ozzy Osbourne, Aerosmith, Kiss, Poison, Vixen, Faster Pussycat, Megadeth dan sebagainya.
11. ASSOCIATION PICTURE STORY
Jenis dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental.  Sesuai dengan namanya, film ini mengandalkan gambar–gambar yang tidak berhubungan namun ketika disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap penonton melalui asosiasi yang terbentuk di benak mereka.  Film yang sangat berpengaruh dalam genre ini adalah A Man With The Movie 
Camera
 karya Dziga Vertov.
Tahun 1951, Bert Haanstra membuat Panta Rhei (berasal dari bahasa Yunani yang berarti “semuanya mengalir” dari ucapan Heraclitus) yang oleh banyak pengamat film dianggap sebagai ‘latihan jari’ – nya Haanstra setelah sukses membuat Spiegel van Holland (Mirror of Holland).  Dalam Panta Rhei, Haanstra bermain dengan keindahan gambar–gambar riak gelombang, tetesan air dari daun,  flare dari cahaya matahari, lanskap pegunungan serta hutan dan sebagainya. Gambar–gambar tersebut disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan asosiasi keindahan.
Pada tahun 1980-an Geodfrey Reggio memproduksi dua film yang sangat bergantung pada kekuatan gambarnya, yaitu Koyaanisqatsi (1982) dan Powaqqatsi (1988).  Pada film pertama, tagline dari filmnya sudah sangat tegas yaitu Life out of Balance sehingga gambar–gambar yang dibuat memang menuntun untuk penontonnya menjadi sangat tenang karena keseimbangan hidupnya. Sedangkan Powaqqatsi menempatkan tagline-nya adalah Life in Transformation yang menggambarkan dari mulai eksploitasi manusia hingga perubahan zaman dengan teknologi majunya. Film ketiga berjudul Naqoyqqatsi, dengan tagline Life as War yang diproduksi tahun 2001 dan melengkapi trilogi milik Geodfrey Reggio.
Akan tetapi film yang cukup terkenal dari genre ini adalah Baraka (1992) yang dibuat oleh Ron Fricke yang tidak lain adalah sinematografer Geodfrey Reggio pada film Koyanisqqatsi. Dalam Baraka, Fricke mencoba mengangkat aspek kebudayaan manusia dari bentuk primitif hingga modern, bahkan hingga saat manusia merusak alamnya sendiri.
12. DOKUDRAMA
Selain menjadi sub-tipe film, dokudrama juga merupakan salah satu dari jenis dokumenter. Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir  seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung untuk direkonstruksi. Ruang (tempat) akan dicari  yang mirip dengan tempat aslinya bahkan kalau memungkinkan dibangun lagi hanya untuk keperluan film tersebut. Begitu pula dengan tokoh, pastinya akan dimainkan oleh aktor yang sebisa mungkin dibuat mirip dengan tokoh aslinya. Contoh dari film dokudrama adalah ini adalah  JFK (Oliver Stone), G30S/PKI (Arifin C. Noer),  All The President’s Men (Alan J. Pakula) dsb. Uniknya, di Indonesia malah pernah ada dokudrama yang tokoh utamanya dimainkan oleh pelakunya sendiri yaitu Johny Indo karya Franky  Rorimpandey.  Pada waktu itu sangat menghebohkan karena Johny Indo juga dikenal sebagai pemain film sebelum kejadian perampokan toko emas.
CATATAN :
Pada masa sekarang ini perkembangan genre sangatlah cepat. Seperti yang sudah disinggung pada awal pembahasan ini bahwa genre mengalami metamorfosis dengan ‘membelah-diri’ dan membentuk sub-genre, seperti genre Ilmu Pengetahuan kemudian diketahui banyak sekali pecahannya dari mulai dunia hewan, dunia tumbuhan, instruksional dan sebagainya. Bahkan pada beberapa sumber di internet, bisa juga terbentuk genre baru seperti yang terjadi pada film dokumenter yang membahas dunia hewan sering disebut dengan Animal Documentary.
Genre di dalam film dokumenter juga bisa saling bercampur, biasanya sering disebut dengan istilah mix-genre. Saluran MTV pernah membuat program yang berjudul Biorythm yang menggabungkan antara genre biografi, musik dan association picture story.  Sekarang ini sangat sulit membendung terbentuknya genre–genre baru yang muncul dari genre yang sudah ada atau karena kebutuhan lain untuk hanya untuk membedakan saja.